Postingan berikut ini kami dapatkan dari sebuah group WhatsApp, mengenai evaluasi & pengingat kepada enterpreneur pemula. Mencakup ketenaran, lomba, fokus, financial literacy, pendapatan, motivasi, akuntansi dan lain-lain. Sayangnya belum kami temukan sumber penulis aslinya untuk dicantumkan (Adakah yang tahu?). Mengingat isinya cukup bermanfaat bagi para enterpreneur, maka layak untuk dicatat dalam blog ini, dengan beberapa modifikasi tentunya. By the way, setelah running business selama 9 tahun, kami pun masih merasa sebagai pemula 😀 .
15 Evaluasi & Pengingat untuk Para Entrepreneur Muda Pemula :
-
Hati-hati dengan publikasi dan ketenaran
Seiring dengan perkembangan bisnis, akan ada masa dimana media akan menghampiri atau orang-orang / komunitas mengundang jadi pembicara. Hal ini adalah pedang bermata dua. Ingat, bagaimana pun kita ini bukan artis atau pembicara, kita adalah pebisnis. Jangan sibuk jalan-jalan terus, namun
bisnis riil kita ternyata malah tidak berjalan. Jangan sibuk ngomong ke orang lain, eh sama karyawan malah diomongin dari belakang 🙁 . Jangan-jangan pendapatan kita malah berasal dari kegiatan sebagai pembicara, bukan dari bisnis riil 😀 -
Menang lomba tidak menggambarkan sehatnya bisnis kita
Juara lomba diputuskan oleh orang luar dan sifatnya subyektif, bisa jadi yang jadi penilai juga bukan praktisi. Bahkan terkadang, lomba yang diadakan memuat kepentingan dari pihak yang punya lomba, entah kepentingan Public Relation, branding, atau CSR sekedarnya agar laporan pajak aman. Belum tentu mereka juga peduli dengan bisnis kita. Ikut banyak perlombaan boleh, tapi jangan melupakan aspek how to build business, karena kita bukan sedang berlomba, tapi sedang berbisnis.
-
Membaca kesehatan bisnis (financial literacy)
Kita bisa tahu bisnis kita sehat, secara sederhana dari melihat 3 hal : laporan laba rugi, neraca, dan cashflow. Laporan laba rugi memperlihatkan seberapa untung bisnis yang kita jalankan. Neraca menggambarkan seberapa banyak kekayaan dan aset yang kita punya. Cashflow memperlihatkan seberapa liquid perputaran uang kita dan menggambarkan seberapa lama perusahaan kita bisa bertahan “berpuasa”. Tiga laporan keuangan tersebut sebaiknya harus dikuasai sebelum berbisnis.
-
Praktek, evaluasi dan optimasi
Stop ikut seminar-seminar, training-training ketika sudah 2 tahun tidak ada perubahan. Bisa jadi kita sedang terperangkap oleh genjutsu (naruto : ilmu
mempengaruhi 5 indra) dari pembicara. Untuk tahun-tahun pertama memang sangat disarankan untuk ikut seminar-seminar dasar tentang bisnis. Tapi, trennya, masih banyak yang tidak keluar dari jeratan seminar-seminar atau training selama bertahun-tahun, bahkan hal ini berkembang menjadi salah satu industri sendiri yang menjamur.Mereka yang ikut seminar berkali-kali sampai hafal materi pembicara dan akhirnya nyoba-nyoba buka seminar sendiri. Tadinya mau bisnis kuliner, eh malah jadi pembicara bisnis kuliner yang jika dilihat dengan poin (3) di atas sebenarnya bisnisnya amburadul. Di lapangan, orang seperti ini banyak.
-
Be objective
Jangan terlalu kagum berlebihan dengan orang-orang yang kita anggap sukses, bisa jadi ternyata hanya sekedar pencitraan saja. Coba kenal lebih dalam dengan mereka, bisa jadi Anda akan menemukan banyak hal yang berbeda dari pencitraan orang-orang yang Anda kagumi.
Bagi yang muslim, Islam telah mengajarkan untuk mengenal orang yaitu dengan cara: menginap bersamanya minimal 3 hari, berpergian jauh bersama, dan berbisnislah bersama mereka.
-
Segera hilangkan rasa bahwa diri ini hebat
Mungkin komunitas atau lingkungan Anda akan menganggap Anda sudah hebat, tapi di luar sana ada yang jauh berkali-kali lipat lebih hebat dari Anda. Mungkin, saat ini Anda disandingkan dengan para orang-orang hebat di luar sana, tapi sebenarnya belum pantas. Yang terjadi akhirnya muncul jebakan “merasa hebat”. Ketika sudah muncul, maka kita akan merasa ilmu, pengalaman, kejeniusan kita telah berada pada level / ruang orang yang sebenarnya lebih tinggi dari kita. Kemudian, kita tak akan pernah bergerak kemana-mana.
-
Jangan cepat mau jadi boss atau menjadi orang atas
Ada sindrom pada anak muda cerdas merasa layak untuk diberi tempat dan penghargaan ini itu dalamw aktu yang relatif singkat. Akhirnya muncul keangkuhan dan menilai apa-apa dari kacamata sendiri. Merasa harus dihargai berlebih, sementara perbandingan yang dipakai bukanlah perbandingan yang objektif.
Kita akan terjebak tidak mau belajar dari bawah, karena merasa sudah di atas sehingga susah untuk bekerjasama jika ada pada posisi menjadi bawahan.Jika hidup rata-rata manusia 60an tahun, tidak apa-apa dalam usia 22 tahun jadi bawahan dulu selama beberapa tahun, anggap beberapa tahun tersebut sebagai waktu belajar bagaimana menjadi atasan.
Wah panjang juga ya, bersambung ke Part 2