-
Hati-hati dengan pendapatan dan gaya hidup
Ketika bisnis mulai bagus, biasanya pendapatan akan mulai terlihat. Uang sering kali bisa mengubah karakter orang. Berhati-hatilah dengan sifat hati kita yang mudah berbolak-balik. Harap diingat bahwa uang hanyalah alat tukar, bukan tujuan. Kembali lagi ke tujuan awal kita ini bisnis untuk apa, diharapkan bisnis yang membawa manfaat. Pendapatan boleh naik, tapi gaya hidup tetap sederhana dan naikkan sedekah.
-
Hati-hati dengan motivasi berlebihan
Hati-hati dengan provokasi “Keluar Kerja!”, “Pakai Otak Kanan! Gak usah mikir” dan jebakan-jebakan semangat lainnya yang kadang menghilangkan akal sehat. Lagi-lagi ini pisau bermata dua, maksudnya secara positif di sini adalah penyemangat bagi orang- orang yang sudah siap untuk berbisnis tapi belum juga berani full berbisnis. Penyemangat ini bukan untuk mereka yang mudah putus asa, tidak punya basic berbisnis, dan masih labil.
Kita harus paham, ketika memutuskan berbisnis itu cuma dua kemungkinannya: tambah sejahtera dan tambah bangkrut. Dan segala hal yang diputuskan tanpa persiapan selalu gagal pada akhirnya. Bisnis butuh banyak sekali persiapan, jangan terburu-buru. Banyak juga karyawan yang gajinya besar (bisa mencapai ratusan juta) dan hidupnya tenang-tenang saja.
Jadi, tidak bisa menjadi alasan yang 100% benar, jika kita memilih menjadi pebisnis dengan tujuan untuk mendapatkan uang yang banyak, karena jadi karyawan pun sangat bisa. Jangan sebagai pebisnis kita banyak omong, merasa tinggi dan menghakimi profesi karyawan, sementara pendapatan kita bisa jadi belum sampai sepersepuluh dari karyawan.
-
Fokus
Walau akan banyak peluang yang terlewat, dengan fokus kita akan belajar memahami kuda-kuda yang kuat, kesabaran, logika, pola, dan kesiapan ketika ada peluang yang datang.
-
Tidak ada salahnya bekerja lebih dahulu
Tidak semua orang bisa langsung menjadi pebisnis. Ketika Anda bekerja
terlebih dulu, Anda dapat melihat dari hulu ke hilir bagaimana keseluruhan industrinya sampai akar-akarnya. Pengalaman ini akan membantu Anda ketika nanti berbisnis. Jika Anda tidak mau belajar terlebih dahulu, maka carilah partner yang sudah memahami industrinya sampai ke akar-akarnya. Pertanyaannya, apakah ada partner berpengalaman yang mau bermitra dengan orang yang belum berilmu? Bisa saja jika Anda direkomendasikan oleh seseorang yang sangat terpercaya. Di sinilah pentingnya integritas diri dan kepercayaan dari pihak lain.
-
Catat dan coba mengerti akuntansi
Bisnis berbicara tentang angka, bukan perasaan. Anda harus bisa menjawab pertanyaan mengenai performa bisnis dengan angka-angka, konsekuensinya semua harus tercatat. Pencatatan dalam bisnis adalah akar, oleh karena itu, suka tidak suka kita harus mempelajari ilmu akuntansi. Apabila tidak ingin mengerti akuntansi, ajak partner yang mengerti, namun tidak serta-merta menghilangkan kewajiban bagi Anda untuk mempelajari akuntansi. Kembali lagi, apakah ada partner yang mau diajak oleh orang yang malas belajar?
-
Buatlah bisnis untuk memenuhi kebutuhan pasar, bukan keinginan pribadi/tim
Disinilah riset diperlukan, secara online kita punya tools semacam google keyword planner tools, google trend, FB audience insight, hingga paper-paper baik secara makro maupun mikro. Butuh riset mendalam, jangan berbasis asumsi. Bisnis itu dunia riil, apalagi jika menjadi tulang punggung utama, kalau kita tidak dapat pendapatan, ya bakal sengsara.
-
Perbaiki hubungan dengan orang tua dan pasangan hidup
Boleh percaya atau tidak, jika hubungan dengan orang tua tersumbat, maka aliran rezeki juga akan tersumbat. Jangan-jangan segala usaha, ilmu, doa, tim kompak tapi kok masih mentok juga, bisa jadi kita masih terhambat karena punya dosa terhadap orang tua. Demikian juga terhadap pasangan hidup (suami atau istri).
-
Jadilah SUBYEK, jangan terus menerus jadi OBYEK
Anda harus sadari memiliki kuasa atas diri sendiri. Dalam konteks bisnis kita juga harus menjadi pemimpin, sebelum berkuasa atas orang, kita harus bisa menguasai diri kita sendiri terlebih dahulu.
Leadership adalah aspek penting dalam bisnis. Ketika kita masih jadi obyek yang disuruh-suruh, karena kita sendiri tidak memiliki inisiatif, maka bisnis kita tak akan pernah maju. Jadilah subyek, mulailah dengan berinisiatif atas masalah-masalah yang terjadi di sekitar kita. Hadapi masalah dan selesaikan, jangan nunggu disuruh, karena kita bukan pesuruh.
Dan bedakan antara leader dan boss. Boss hanya sekedar menyuruh / memberikan perintah, sementara leader akan cenderung menggerakkan melalui teladan dan contoh.