Mengenal Business Intelligence

Cover BI

Halo Sobat Akhdani! Di era teknologi saat ini, para pelaku usaha mulai menggunakan Businesss Intelligence sebagai tools untuk memonitoring performa bisnisnya. Secara umum, Businesss Intelligence dapat membantu mengumpulkan informasi dari berbagai sumber, yang kemudian disimpan, diolah dan diproses menjadi data visual. Untuk mengenal lebih dalam apa itu BI dan bagaimana cara kerjanya, mari simak artikel berikut ini!

Apa itu Business Intelligence?

Business Intelligence merupakan bentuk pengolahan data menggunakan model matematis dan analitis yang kemudian akan menghasilkan informasi untuk memudahkan perusahaan dalam pengambilan keputusan pada proses bisnis yang dijalankan.

Dalam artian lain, BI dapat membantu perusahaan melihat secara rinci dan real-time kondisi bisnis yang sedang berjalan saat ini, apakah sedang mengalami penurunan, peningkatan, atau bahkan stagnan. BI juga dapat membantu menyajikan informasi secara lebih ringkas, sehingga perusahaan dapat mengambil langkah lebih cepat dan tepat untuk perencanaan bisnis kedepannya.

BI

Komponen Business Intelligence

Business Intelligence terdiri atas beberapa komponen pembentuk, antara lain:

  • OLAP (On-line Analytical Processing)

OLAP melakukan query data dari berbagai sumber untuk menghasilkan berbagai sudut pandang. Dengan kata lain, BI menggunakan OLAP untuk menggabungkan dan mengelompokkan data ke dalam beberapa kategori untuk memberikan informasi yang lebih ringkas dalam bentuk pelaporan, analisis, pemodelan, dan perencanaan. Beberapa operasi OLAP yang digunakan adalah roll up, drill down, slice and dice, dan pivot.

  • Analisis lanjutan

BI menerapkan teknik machine learning, otomasi proses bisnis, teknik statistik tren, mengenali pola, karakteristik, serta menganalisa anomali dari berbagai sumber data.

  • Manajemen Kinerja Perusahaan

Peran utama BI adalah integrasi dari beberapa data untuk menghasilkan informasi kinerja bisnis. Dalam komponen ini, BI berperan untuk meningkatkan kinerja perusahaan dengan melacak fluktuasi pasar, menganalisis tren jangka pendek dan jangka panjang, serta menciptakan peluang investasi

Cara kerja Business Intelligence

Untuk menghasilkan sebuah data visual berbentuk laporan, BI perlu melewati beberapa proses seperti pengumpulan data, pemrosesan dan penyimpanan data, serta analisis dan penyajian.

konsep BI

Sumber: Pengantar BI dalam Bisnis

  • Pengumpulan data

Pada tahapan ini, BI akan melakukan ekstraksi pada data-data “mentah” yang telah tercatat pada database, seperti data penjualan, laporan laba rugi, penggajian, dan lain-lain sebelum disimpan dan diintegrasikan antar satu dengan yang lain.

  • Penyimpanan pada Data Warehouse

Data mentah yang telah dikumpulkan berikutnya akan disimpan dalam bentuk Data Warehouse untuk dilakukan proses integrasi dari beragam database yang ada.

  • Akses dan Analisis Data

Setelah proses integrasi data, peran BI berikutnya adalah mengakses informasi dari Data Warehouse untuk kemudian dianalisa dan diinterpretasikan dalam bentuk tren, pola, dan menyajikannya dengan bentuk yang lebih ringkas.

  • Pembuatan Laporan

Dari hasil analisa dan interpretasi data tersebut, dilakukan proses pembuatan laporan yang nantinya akan menampilkan data visual beserta informasi pendukung agar pengguna dapat lebih mudah memahami data yang telah diolah.

Aplikasi Business Intelligence

Nah, berikut ini terdapat beberapa rekomendasi aplikasi yang dapat mendukung penerapan Business Intelligence, antara lain:

  1. Microsoft Power BI
  2. Tableau
  3. Oracle BI

 


Referensi:
Business Intelegent (Pengantar Business Intelligence dalam Bisnis)
PT. Sonpedia Publishing Indonesia
Bagian 1 - Pengenalan dan Konsep Dasar Business Intellegence

Evaluasi Untuk Para Enterpreneur Pemula

Postingan berikut ini kami dapatkan dari sebuah group WhatsApp, mengenai evaluasi & pengingat kepada enterpreneur pemula. Mencakup ketenaran, lomba, fokus, financial literacy, pendapatan, motivasi, akuntansi dan lain-lain. Sayangnya belum kami temukan sumber penulis aslinya untuk dicantumkan (Adakah yang tahu?). Mengingat isinya cukup bermanfaat bagi para enterpreneur, maka layak untuk dicatat dalam blog ini, dengan beberapa modifikasi tentunya. By the way, setelah running business selama 9 tahun, kami pun masih merasa sebagai pemula 😀 .

15 Evaluasi & Pengingat untuk Para Entrepreneur Muda Pemula :

  1. Hati-hati dengan publikasi dan ketenaran

    Seiring dengan perkembangan bisnis, akan ada masa dimana media akan menghampiri atau orang-orang / komunitas mengundang jadi pembicara. Hal ini adalah pedang bermata dua. Ingat, bagaimana pun kita ini bukan artis atau pembicara, kita adalah pebisnis. Jangan sibuk jalan-jalan terus, namun
    bisnis riil kita ternyata malah tidak berjalan. Jangan sibuk ngomong ke orang lain, eh sama karyawan malah diomongin dari belakang 🙁 . Jangan-jangan pendapatan kita malah berasal dari kegiatan sebagai pembicara, bukan dari bisnis riil 😀

  2. Menang lomba tidak menggambarkan sehatnya bisnis kita

    Juara lomba diputuskan oleh orang luar dan sifatnya subyektif, bisa jadi yang jadi penilai juga bukan praktisi. Bahkan terkadang, lomba yang diadakan memuat kepentingan dari pihak yang punya lomba, entah kepentingan Public Relation, branding, atau CSR sekedarnya agar laporan pajak aman. Belum tentu mereka juga peduli dengan bisnis kita. Ikut banyak perlombaan boleh, tapi jangan melupakan aspek how to build business, karena kita bukan sedang berlomba, tapi sedang berbisnis.

  3. Membaca kesehatan bisnis (financial literacy)

    Kita bisa tahu bisnis kita sehat, secara sederhana dari melihat 3 hal : laporan laba rugi, neraca, dan cashflow. Laporan laba rugi memperlihatkan seberapa untung bisnis yang kita jalankan. Neraca menggambarkan seberapa banyak kekayaan dan aset yang kita punya. Cashflow memperlihatkan seberapa liquid perputaran uang kita dan menggambarkan seberapa lama perusahaan kita bisa bertahan “berpuasa”. Tiga laporan keuangan tersebut sebaiknya harus dikuasai sebelum berbisnis.

  4. Praktek, evaluasi dan optimasi

    Stop ikut seminar-seminar, training-training ketika sudah 2 tahun tidak ada perubahan. Bisa jadi kita sedang terperangkap oleh genjutsu (naruto : ilmu
    mempengaruhi 5 indra) dari pembicara. Untuk tahun-tahun pertama memang sangat disarankan untuk ikut seminar-seminar dasar tentang bisnis. Tapi, trennya, masih banyak yang tidak keluar dari jeratan seminar-seminar atau training selama bertahun-tahun, bahkan hal ini berkembang menjadi salah satu industri sendiri yang menjamur.

    Mereka yang ikut seminar berkali-kali sampai hafal materi pembicara dan akhirnya nyoba-nyoba buka seminar sendiri. Tadinya mau bisnis kuliner, eh malah jadi pembicara bisnis kuliner yang jika dilihat dengan poin (3) di atas sebenarnya bisnisnya amburadul. Di lapangan, orang seperti ini banyak.

  5. Be objective

    Jangan terlalu kagum berlebihan dengan orang-orang yang kita anggap sukses, bisa jadi ternyata hanya sekedar pencitraan saja. Coba kenal lebih dalam dengan mereka, bisa jadi Anda akan menemukan banyak hal yang berbeda dari pencitraan orang-orang yang Anda kagumi.

    Bagi yang muslim, Islam telah mengajarkan untuk mengenal orang yaitu dengan cara: menginap bersamanya minimal 3 hari, berpergian jauh bersama, dan berbisnislah bersama mereka.

  6. Segera hilangkan rasa bahwa diri ini hebat

    Mungkin komunitas atau lingkungan Anda akan menganggap Anda sudah hebat, tapi di luar sana ada yang jauh berkali-kali lipat lebih hebat dari Anda. Mungkin, saat ini Anda disandingkan dengan para orang-orang hebat di luar sana, tapi sebenarnya belum pantas. Yang terjadi akhirnya muncul jebakan “merasa hebat”. Ketika sudah muncul, maka kita akan merasa ilmu, pengalaman, kejeniusan kita telah berada pada level / ruang orang yang sebenarnya lebih tinggi dari kita. Kemudian, kita tak akan pernah bergerak kemana-mana.

  7. Jangan cepat mau jadi boss atau menjadi orang atas

    Ada sindrom pada anak muda cerdas merasa layak untuk diberi tempat dan penghargaan ini itu dalamw aktu yang relatif singkat. Akhirnya muncul keangkuhan dan menilai apa-apa dari kacamata sendiri. Merasa harus dihargai berlebih, sementara perbandingan yang dipakai bukanlah perbandingan yang objektif.

    Kita akan terjebak tidak mau belajar dari bawah, karena merasa sudah di atas sehingga susah untuk bekerjasama jika ada pada posisi menjadi bawahan.Jika hidup rata-rata manusia 60an tahun, tidak apa-apa dalam usia 22 tahun jadi bawahan dulu selama beberapa tahun, anggap beberapa tahun tersebut sebagai waktu belajar bagaimana menjadi atasan.

    Wah panjang juga ya, bersambung ke Part 2